Untittle *Bieber Story*

Evelyn Hadegia berjalan malas menuju ke tangga kamar atas. Tugas yang harus dilakukannya saat itu sebenarnya membutuhkan gerak cepat, tapi kedua kakinya terasa berat sekali untuk dipakai berjalan. Di pikirannya sekarang ia selalu ingin kembali ke dapur, ingin cepat-cepat menyelesaikan olesan Krim di kue tart nya. Gara-gara ini, eksperimen kue tart spesialnya—sambil menonton program masak-memasak di TV—terpaksa harus ditunda sejenak.


Ia menghela napas.


Ini benar-benar menjengkelkan, pikirnya.


Ia semakin mendekati pintu kamar. Ia melirik kembali jam dinding di dinding, memastikan kalau ia tidak salah lihat. Saat itu, sudah pukul dua belas lewat empat puluh, dan anak itu belum bangun juga.


Benar-benar pemalas.


Evelyn membuka pintu kamar itu, yang dipenuhi dengan poster-poster movie kesukaan si pemilik. Evelyn tidak bisa mengekspektasi hal yang lebih baik lagi, karena ia tahu isi di dalam kamar itu justru benar-benar seperti kapal pecah.


“Erika!”


Evelyn membangunkannya berkali-kali. Tapi tetap tidak ada respon.


“ERIKAAAAAA!!!”


Kaca jendela kamar itu sedikit bergetar. Apa boleh buat. Bukannya Evelyn tidak peduli kalau teriakannya itu akan membangunkan tetangga, tapi Evelyn tahu para tetangganya sudah maklum dengan aktivitas ibu dan anak itu setiap pagi. Mereka berdua terkenal hebohnya.


“C'MON WAKE UP SLEEPY HEAD !”


“Moom..,”


Gadis itu menggeliat. Untuk sekali ini saja Evelyn berharap itu adalah pertanda kalau gadis itu akan segera beranjak dari ranjangnya. tapi ternyata ia malah menggeliat untuk mencari posisi kasur yang lebih empuk.


“Erika Hadegia.. YOUUUU..,”


Padahal Evelyn sudah yakin teriakannya tadi memekakkan telinga. Tenggorokannya terasa kering dan gatal, terutama akibat kebanyakan mencicipi bahan-bahan kue di dapur tadi, dan sekarang ia sedang tidak mood untuk berteriak lagi. Terpaksa, ia tidak punya pilihan lain.


“Aaaarghh!! Mooom, you're heavy!!”


Salah satu senjata andalan Evelyn dalam membangunkan anaknya adalah dengan menindihnya. Eve yakin, dengan tindihan berat badannya yang naik 5 kilo pagi itu, Erika, pasti akan terbangun dalam sekejap.
“its okay dear if you want back to sleep again..,” ujar Eve.


Erika menggeliat-geliat sambil meronta-ronta. Ia berusaha untuk melawan, tapi tampaknya tubuh Eve terlalu berat untuk gadis sekecil dia. Dengan segala daya upaya Erika berusaha untuk terbebas dari tindihan itu, tapi semakin keras dia berusaha, ia semakin kehabisan napas.


“wanna wake up or not? Kalau tidak akan kutindih terus, nih.”


Erika meronta-ronta lagi tanpa hasil. Kali ini ia benar-benar tidak berdaya. Di dalam setengah tidurnya itu ia bermimpi seperti sedang tertimpa king kong. King kong seberat lima ribu ton, seukuran kapal Titanic.


“Mooooooom!” jerit Erika. Terdengar bunyi berderit-derit dari spring bed yang dinaikinya. Eve tidak peduli, kalaupun kasur itu harus jebol atau roboh. Anak ini tetap harus diberi pelajaran sekali-sekali.


“Aduh, Moom! i cant breath, niih..!”


Eve tidak akan berhenti begitu saja. Ia tahu benar kalau anak itu sebentar lagi akan menyerah.


“Oke, oke. im awake, happy? ugh i cant believe this, its summer! cant i sleep for like all day?!”


Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, segera setelah Eve membebaskannya dari tindihan. Rambutnya kusut seperti sapu ijuk, dan matanya bengkak seperti balon.


***

Erika duduk di tepian kolam ikan buatan yang ada di taman dekat rumah nya. Summer kali ini hanya akan ia nikmati di rumah barunya yang besar, di Boston. Ia baru pindah sebulan yang lalu. Kesal sih awal nya, tapi mau gimana lagi? posisi ayahnya yang tinggi di kantor yang masih baru membuat pria yang masih terlihat awet muda itu segan untuk mengambil libur dan memilih liburan.


"Hi Erika" sebuah suara yang mambuat Erika menoleh ke sebelah kirinya. awalnya Erika hanya bisa melihat jins hitam dan suppra hitam cowok itu. jelas saja, Erika kan sedang duduk.


"oh, hi mark" sapa Erika balik.


Mark Castio terlihat rapi. Ia memamerkan senyum terbaiknya, lengkap dengan gigi-giginya yang bagus dan rahangnya yang lebar sempurna. Rambutnya pirang kecoklat-coklatan. Matanya indah, berwarna hijau toska, dengan bulu mata yang pendek. Hidungnya mancung meski lubang hidungnya agak sedikit besar. Dada bidangnya terlihat begitu kokoh. Sekilas Erika mengintip di balik kemeja putihnya, tersembul otot-otot yang cukup terbentuk dan tubuh yang sangat atletis. Bentuk tubuh yang pasti akan membikin iri laki-laki manapun.


Mark memang tampan, tapi sejujurnya ia terlalu membosankan. Meskipun anaknya polos dan gampang tertawa, tapi Mark tertawa untuk hal yang tidak lucu, dan tidak tertawa untuk hal yang Erika anggap lucu. Erika pasti akan berpikir seribu kali sebelum mempertimbangkan menjadikan cowok ini sebagai pacar.


Tapi, cowok manapun juga, sebenarnya akan dipikir seribu kali juga olehnya. Mau itu Mark Castio, Leonardo DiCaprio, Brad Pitt, atau siapapun. Erika benar-benar bukan tipe cewek yang gampang jatuh cinta.


“Eh.. Um.. Erika.”


“Ya?”


“Apakah ada yang pernah mengatakan padamu kalau kau sangat imut?”


Serasa bumi terbelah menjadi dua saat Erika mendengar kata ‘imut’ di telinganya. “Imut??”


Erika sering mendengar berbagai variasi gombal di telinganya. ‘Imut’ adalah kata yang jarang didengarnya. Entah mengapa sejak kelas tujuh, banyak sekali laki-laki yang mendekatinya, dengan bermacam-macam cara pendekatan. Ada yang memberi bunga, ada yang mengarang lagu, ada yang membuat puisi, ada yang hanya ngobrol biasa, ada yang mengajak nonton, satu persatu semuanya berguguran karena tidak ada satupun yang menarik perhatian Erika. Bahkan playboy yang paling terkenal dengan jurus rayuan gombal mematikan pun sudah angkat tangan menghadapinya.


Well. Tidak sedikit dari mereka yang tampan, tapi bagi Erika bukan itu masalahnya. Masalahnya, ia sama sekali tidak tertarik. Saking kebalnya Erika terhadap kaum pria, sempat muncul spekulasi di sekolahnya dulu bahwa ia sebenarnya adalah seorang lesbi. Spekulasi yang sangat konyol, pikir Erika. Pada kenyataannya, Erika sendiri juga sama sekali tidak tertarik pada kaum wanita.


Erika tidak mau ambil pusing soal gosip-gosip itu. Menurutnya, selama belum ada yang cocok, dia takkan menerima cowok manapun jadi kekasihnya. Ia lebih senang hidup sendiri, merasa bebas dan tentunya ia merasa cool! Siapa coba yang bisa menaklukkan hatinya? Ia bisa pamer kemana-mana.


Yang ia heran, kenapa cowok-cowok itu justru malah bisa suka padanya? Padahal Erika tahu, wajahnya sangat standar, tinggi tubuhnya standar, warna kulitnya pun standar. Boro-boro pintar, ia justru sering dijadikan bahan olok-olok di kelas, terutama untuk pelajaran bahasa Spanyol. Tak ada yang menarik di dirinya. Tak ada yang spesial. Kalaupun dia terlahir sebagai cowok, dia yakin 100% kalau dia tak akan mau memacari dirinya yang sekarang. Terlalu jelek, pikirnya. Apa yang membutakan mata para cowok itu? Itu adalah pertanyaan yang tak pernah bisa dijawabnya.


“Hahaha. Mark, kurasa kau terlalu berlebihan deh,” kata Erika.


“Mungkin bukan imut, ya? Hm, menarik? Hmm, entahlah. Yang jelas entah kenapa keberadaanmu itu malah menarikku untuk mendekatimu.”


Erika tertawa kecil. “Memangnya aku magnet?”


“Tidak mungkin. Aku kan bukan besi,” ujar Mark.


Erika mendesah. Tinggal menunggu saatnya orang-orang baru ini menyadari kalau dirinya berada di luar jangkauan mereka. Erika sama sekali bukan tipe cewek yang mudah dijamah. Yang perlu Erika lakukan adalah mulai lagi dari awal, menolak mereka satu per satu. Salah satu caranya adalah dengan mengganti topik.


“Eh, Mark. you know Kayla Hopkins? i heard that she will spend her summer here, in her Granny's, besides she's a HOT stuff,” tukasnya. Ia berusaha terlihat antusias, untuk mengesankan bahwa gadis itu benar-benar sangat cantik—padahal ia sendiri belum pernah lihat.


“Yea, i've heard that. Tapi aku belum lihat orangnya yang mana,” jawab Mark.
Kesempatan emas, pikir Erika.


“You better find her, Mark, lalu kau dekati dia. i heard that she just broke up with her boy. Kalau tak cepat-cepat, nanti dia keburu disambar orang lain, lho,” Erika memberikan saran. Tak sulit untuk menebak kalau Mark telah terpengaruh oleh persuasi Erika.


“Benarkah? Kau tahu tidak yang mana rumah neneknya?” tanya Mark.


“Tidak tahu. Lagipula, bukankah lebih asyik kalau kau mencari tahu sendiri? Nanti kau bisa ceritakan padanya betapa sulit perjuanganmu untuk mencari tahu tentang dia,” ujar Erika.


Erika terperangah mendengar ucapannya sendiri. Ia tidak menyangka bisa mengarang alasan secerdas itu.


Mark berpikir sebentar.


“Benar juga. Kalau begitu, akan kucari tahu.”


Mark bergegas pergi. Entah ke manakah ia akan mencari gadis itu, Erika tak tahu. Dalam waktu singkat, anak laki-laki itu sudah hampir menghilang di antara kerumunan orang-orang


Mark begitu bersemangat ingin bertemu dengan cewek yang bernama Kayla Hopkins itu, sampai-sampai ia lupa bahwa hari sudah hampir gelap. Percuma saja Erika berteriak, karena saat itu Mark sudah semakin jauh.


Erika menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak laki-laki ini. Entah apa yang dilakukan Mark setelah itu. Erika tak begitu peduli. Yang jelas sekarang ia ingin segera kembali ke rumah sebelum Jessie, teman baru dan dekatnya datang dan langsung menghujani Erika dengan segala ocehannya tentang Superstar yang sedang berlibur di Boston bersama teman-teman dan ibunya dan menginap di sebuah penginapan mewah di dekat rumah keluarga Hadegia, keluarga Erika.


Ya, Erika memang sudah tau kalau Superstar itu adalah seorang Justin Bieber. Tapi ya memang dasar nya Erika bukan tipe cewek yang mudah terpesona, bahkan dengan seorang superstar sekali pun, Erika tetap tidak begitu peduli. Malah, justru membuat kuping Erika semakin menderita mendengar cerita Jessie tentang Justin Bieber itu dengan intonasi yang lumayan bisa membuat kuping sakit.






*** GAHHHH Miss to post the story soooo much. eh eh btw this is a new story, just write it dan langung di post. masih seger ehehe. well guys, idc if its just some people that read this story, i make and post it just for fun. i enjoy the moment when i write

Gallagher The Series

     mata-mata. hmmm......akhir-akhir ini gue sering banget kepikiran jadi mata-mata. gue kepikiran dengan penyamaran nya, misi nya yang menantang, sama ngikutin orang demi berhasil nya sebuah misi. gue gak tau dapet gagasan mau jadi mata-mata dari mana, tapi yang jelas semua nya berawal dari buku.

     buku karya Ally Carter, seorang author/penulis dari amerika yang berjudul Gallagher Girls ini terdiri dari, untuk saat ini udah rilis 4 series di Indonesia dan amerika. sumpah, tanpa maksud promosi, gue cuma pengin bilang. buku ini tuh udah kayak drugs gue, sekali baca gabisa berenti.

dibuku ini, Ally cerita dari point of view nya Cammie, sang pemeran utama.

     jadi ceritanya, cameron morgan atau singkatnya, cammie ini bersekolah di sekolah asrama mata-mata top secret, Gallgher Academy. sekolah itu tadinya sebuah mansion milik Gillian-gallagher girls pertama-yang di ubah fungsikan jadi sekolah mata-mata top secret. sekolah itu berada di kota Roseville.

     cammie, punya 2 sahabat, elizabeth sutton (liz) dan Rebecca Baxter (bex) dan akhirnya nambah satu yaitu Macey Mchenry, anak seorang senator yang gatau harus sekolah dimana lagi. well, sebenernya sih, sang senator yang gatau harus menyekolahkan macey dimana lagi. tadinya, semua orang membenci macey, tapi lama-kelamaan, macey mulai diterima di Gallgher Academy karna sikapnya semenjak membantu Cammie dengan mantan-pacar-ilegal nya, sikap macey berubah.


     buku ini juga nyeritain betapa bodohnya cammie tentang cowok. semua masalahnya selalu gara-gara cowok yang ia taksir. misi/tugas operasi rahasia nya selalu gagal atau paling tidak kacau karna seorang cowok cakep. well, dari masalahnya cammie jadi tahu, kalau Gallagher Girl tidak bicara pada penduduk sipil. bukan. bukan karna mereka tidak menyukainya, tapi karena mereka akan amat sangat menyukainya dan mengancam terbongkarnya rahasia Gallgher Academy yang sudah tersimpan selama berabad-abad. jadi, setidaknya, penduduk sipil itu harus di beri jasmine tea yang berkhasiat menghilangkan sebagian ingatan sang peminum secara permanen.


cover indonesia

#1
#2
                          
#4

#3 


cover Amerika/Eropa *tau lupa gue-_--
#2

#1




#4

YE YE YE

     YE YE YE!!! akhirnya laptop gua balik setelah 2 minggu di rawat di RS. laptop gue, 2 minggu terakhir ini lagi demam, jadilah bermuram durja. penyakitnya cukup parah kalo kalian mau tau. minggu pertama, (karna laptop gue laptop jadul dan batre nya sekarat kalo gak sambil di charge) charger laptop gue rusak, jadi laptop gabisa nyala selama seminggu full. kecuali pake laptop bokap yang bisa nya cuma sabtu minggu. sebenernya, pas hari minggu nya udah dibenerin. minggu kedua, pas hari senin nya gue buka laptop, ternyata.......loh?.....loh?...loh??? gabisa!!!!!! chargernya emang udah betul tapi gabisa nyambung ke laptop gue, jadilah percuma. tapi tadi bokap baru selesai benerin charger lagi, dan akhirnya laptop gue sembuh deh *happy

     sebenernya, gue udah gatel, gateeeelllllll banget pengen nulis cerita. nerusin AVALON HIGH atau bikin story apapun lah selama 2 minggu terakhir ini. tapi mau gimana........laptop gabisa diajak kompromi.

     tapi itu kemaren, dan sekarang beda lagi. because of my dady, i got my laptop back! YAY thankyouuuuuu daddy :* love you

AVALON HIGH #2

     Atau mungkin aku hanya berpikir aku melihatnya.

     tetap saja. aku cukup yakin melihat sesuatu dibalik pepohonan yang tidak hijau atau coklat atau warna apapun yang seharusnya ada di alam.
    
     dan saat aku mengintip dibalik dedaunan rimbun di sekitarku, aku melihat ada orang yang berdiri di dasar jurang yang cukup dalam di satu sisi jalur, dekat sekelompok bebatuan besar. bagaimana dia bisa melewati semua tumbuhan itu tanpa pisau untuk membuka jalur, aku tidak tahu. atau mungkin ada jalur lain yang tidak ku lihat.

     tapi dia benar-benar disana. sedang apa aku tidak tau, aku berlari terlalu cepat untuk melihatnya.

     lalu aku sudah keluar dari hutan, keluar dibawah terik matahari, dan melewati tempat parkir. beberapa wanita sedang keluar dari minivan dan menuju jalur anjing dengan border collie mereka. ada taman main dekat situ, tempat beberapa anak kecil sedang main dengan ayunan dan meluncur dari seluncuran, orang tua mereka menunggui dengan waspada kalau-kalau terjadi kecelakaan.

     dan aku berpikir sendiri, apa aku benar-benar melihat apa yang kupikir kulihat? seorang pria berdiri didasar jurang itu?

     atau aku cuma membayangkannya?

     ada pegawai taman yang membawa gunting rumput di base ketiga lapangan baseball. aku tidak menyapanya. aku juga tidak tersenyum. bertaruh kalau mom pasti kaget mengetahui ini. dia kan yang selalu menyuruh ku tersenyum dengan orang asing. bahkan dia membuatku melambai! tidak hanya tersenyum, tapi melambai. citra. mom menyebutnya citra.

     aku juga tidak bertanya tentang pria didasar jurang pada pegawai taman itu. mungkin seharusnya aku bertanya. bagaimana dengan anak-anak ditaman bermain itu? bagaimana kalau ternyata dia pelaku kekerasan terhadap anak kecil?

     tapi aku tidak bilang apa-apa pada pegawai taman yang memegang gunting rumput. aku berlari melewatinya tanpa melakukan kontak mata. cukup sudah yang kulakukan untuk menjaga citra.

     aku bisa melihat dad, lengan baju kuning terangnya, jauh disisi lain jalur lari. dia ketinggalan tiga perempat putaran dibelakangku. itu oke-oke saja. dia memang pelan, tapi dia tetap berlari. mom selalu bilang dad tidak akan sampai dengan cepat, tapi dia selalu sampai, pada akhirnya. mom sendiri boleh bicara. tapi dia sendiri tidak tahan lari. dia lebih senang senam aerobik.

     kali ini, saat berlari menuju pepohonan, aku memerhatikan kedua sisi jalur untuk melihat tanda-tanda jalan setapak, atau apapun yang bisa dipakai pria tadi menuju ke jurang tanpa terkena onak dan duri semak-semak. tapi aku tidak melihat apapun.

     dan saat aku melewati tempat aku melihatnya tadi, aku mendapati jurangnya sudah kosong. dia sudah tidak ada disana lagi. bahkan, tidak ada hal yang mengindikasikan dia pernah ada disana. mungkin aku memang cuma membayangkan nya saja. mungkin mom benar, dan aku harus mengurangi menghabiskan waktu ku di kolam renang dan lebih banyak pergi ke mall musim panas ini. mungkin aku kahawatir, aku mulai gila karena kurang berinteraksi dengan orang-orang seusiaku.

     tepat saat itu aku membelok disudut, dan hampir menabraknya. dan sama sekali aku tidak membayangkan dia.

     dia sedang bersama dua orang lain. hal pertama yang kuperhatikan tentang mereka-2 orang yang sedang bersama pria itu maksudku-adalah mereka berdua berambut pirang dan sangat menarik. cewek dan cowok, kira-kira seumur denganku. mereka berdiri di kedua sisi pria dari jurang tadi........yang, setelah kuperhatikan lebih dekat, bukan pria sama sekali, tapi cowok, juga seumurku. dia tinggi dan berambut gelap sepertiku.

     tapi tak sepertiku, dia tidak bersimbah keringat atau terengah-engah. oh, dan dia juga sangat ganteng.

     ketiganya mendongak, terpana, saat aku berlari kearah mereka. aku melihat cowok berambut pirang itu mengatakan sesuatu, dan cewek berambut pirang terlihat kesal.....mungkin karena aku hampir menabrak mereka. meski aku membelok tepat sebelum menabrak mereka.

     cuma cowok yang berambut gelap yang tersenyum padaku. dia menatap tepat ke wajahku dan mengatakan sesuatu. hanya saja aku tidak tahu apa yang dikatakannya karena aku masih memakai earphone ku dan tidak mendengar nya.

     yang kutahu, untuk alasan tertentu-aku tidak tahu kenapa-aku balas terseyum. bukan cuma untuk menjaga citra atau apa. itu sangat aneh. sepertinya dia tersenyum padaku dan bibirku otomatis tersenyum balik padanya-otakku tidak ikutan sama sekali. tidak ada keputusan yang kubuat untuk membalas senyumnya.

     aku cuma tersenyum. seperti itu sudah kebiasaan atau apa. seperti senyumnya adalah senyum yang sudah sering kubalas. hanya saja aku belum pernah melihat cowok ini sebelum nya seumur hidupku. jadi bagaimana bisa bibir ku mengenali senyumnya?

     jadi, aku sangat lega saat sudah berlari melewati mereka. kau tahu, menghindari senyum yang membuatku tersenyum balik, meski aku tidak mau. tidak perlu. 

     kelegaan ku hanya berumur pendek tapinya. karena aku melihat mereka lagi saat aku bersender di kap mobil kami, terengah engah dan sedang menghabiskan salah satu botol air yang dipaksa mom untuk dibawa aku dan dad. mereka muncul dari balik hutan-dua cowok dan si cewek-menuju mobil mereka masing-masing. cewek dan cowok pirang sedang berbicara dengan cepat pada si cowok berambut gelap. aku tidak cukup dekat untuk mendengar apa yang mereka katakan, tapi melihat ekspresi wajah mereka, kelihatannya mereka berdua tidak senang dengan nya. satu hal yang aku yakin, dia-si cowok berambur gelap-tidak lagi tersenyum.

     akhirnya si cowok berambut gelap mengatakan sesuatu yang sepertinya menenangkan pasangan pirang itu, karena mereka  tidak lagi terlihat kesal.

     lalu si cowok pirang naik ke sabuah jeep, sementara si cowok berambut gelap masuk ke balik setir lan cruiser putih.......dan si cewek pirang masuk ke kursi penumpang di sebelahnya. ini mengejutkanku, karena kelihatannya dia dan si cowok pirang, dan bukan si cowok berambut gelap, yang berpasangan.

     tapi, karena aku tidak punya banyak pengalaman dalam berpacaran, jelas aku bukan ahlinya. aku duduk diatas kap mobil kami dan memikirkan apa yang baru kusaksikan-pertengakaran sepasang kekasih? jual beli narkoba atau semacamnya?- saat dad akhirnya muncil tergopoh-gopoh.

     "air" kuaknya, dan aku memberinya botol air yang lain. baru setelah kami masuk mobil, AC menyala dengan kekuatan penuh, dad bertanya "nah, lari yang menyenangkan?"

     "yeah" kataku, agak terkejut dengan jawaban ku sendiri.
     "mau lari lagi besok?" dad ingin tau.
     "tentu" kataku, melirik ketempat aku melihat 3 orang tadi terakhir berdiri. mereka sudah lama pergi saat itu. 

     "bagus" kata ayahku, dengan suara yang sama sekali tidak antusias. kau bisa menebak, dia berharap aku akan menolak. tapi aku tidak bisa melakukan itu. bukan karena aku ingat betapa senangnya aku berlari, atau karena aku bersenang-senang dengan dad.

     tapi karena-oke aku mengaku-aku barharap aku akan bertemu cowok cakep tadi-dan senyumnya-lagi.

AVALON HIGH #1

 "kau sangat beruntung"
     percayakan pada teman baik ku Nancy untuk melihat semua masalah dari sisi positif. Nancy itu tipe orang yang bisa kau sebut optimis. bukan nya aku pesimis atau apa. aku cuma.......praktis. paling tidak itu menurut Nancy 
 kelihatan nya aku juga juga beruntung.
 "beruntung?' ulangku di telepon. "bagaimana bisa aku beruntung?"
 "oh kau tau," kata Nancy. "kau punya kesempatan untuk mulai dari awal lagi. disekolah yang sama sekali baru. di tempat yang tidak ada yang mengenalmu. kau bisa menjadi apapun yang kau mau. kau bisa mengubah total kepribadian mu, dan tidak ada orang yang bilang 'siapa yang mau kau bohongi, Ellie Harrison? Aku ingat dulu kau makan lilin saat kelas satu.' "
 "aku tidak pernah berpikir begitu" kataku. karna aku memang tidak berpikir begitu. "lagi pula, kau dulu yang makan lilin malam, bukan aku"
 "kau tau maksudku" Nancy menghela napas. "yah, semoga kau beruntung. dengan sekolah dan semuanya"
  "yeah" kataku, mulai merasakan perbedaan jarak seribu tujuh ratus lima puluh kilometer diantara kami, sudah waktu nya menutup telepon. "bye"
  "bye" kata Nancy, lalu menambahkan, "kau sangat beruntung"
     sebenarnya, sampai Nancy mengatakan nya, aku tidak berfikir sama sekali ada unsur keberuntungan dalam situasi ku, kecuali mungkin fakta bahwa ada kolam renang di halaman belakang rumah baru kami. kami belum pernah mempunyai kolam renang sendiri.
     aku harus mengakui, saat orang tuaku memberitahuku tentang sabatikal ini, fakta saat mereka cepat-cepat menambahkan "dan kita akan menyewa rumah yanga da kolam rengang nya!!" adalah satu-satu nya hal yang menahan muntahan yang sudah merambat naik di tenggorokan ku. kalau kau anak seorang profesor, sabatikal mungkin kata paling menyebalkan dalam perbendaharaan kata pribadi mu. setiap tujuh tahun, kebanyakan profesor mendapat tawaran sabatikal, yang pada dasarnya adalah liburan setahun penuh, supaya mereka bisa bersantai dan mencoba menulis dan menerbitkan buku.
     para profesor sangat menyukai sabatikal.
     anak-anak mereka membencinya.
     karena, apakah kau benar-benar ingin pindah dan meninggalkan semua temanmu, berkenalan dengan segenap teman baru di sekolah baru, dan setahun kemudian ketika kau mulai berfikir 'oke, ini tidak begitu buruk' tiba-tiba saja kau harus sudah pindah lagi dan kembali ketempat asal mu?
     tidak. tidak, kalau kau waras sih.
     paling tidak sabatikal kali ini tidak seburuk yang terakhir, yang terakhir kami harus pindah ke Jerman. bukan nya ada yang salah dengan jerman. aku masih sering bertukar e-mail dengan Anne-Katrin, teman semejaku di sekolah Jerman aneh tempatku bersekolah disana. tapi yang benar saja. aku ahrus belajar bahasa asing yang sama sekali baru!
     paling tidak, kali ini, kami masih tinggal di amerika. dan oke, kami pindah ke daerah luar Washington DC yang tidak seperti Amerika umummnya.
     oh yeah, dan hal lain lagi kalau kau punya orang tua profesor: mereka menamaimu sesuai nama pengarang-seperti Geoff, kakakku-atau tokoh-tokoh dalam karya sastra seperti Lady of sahlott, alias Lady Elaine yang bunuh diri karna Sir Lancelot lebih naksir Ratu Guinevere daripada naksir dirinya, kau tahu? yang di sejarah Raja Arthur itu.

     aku tidak peduli betapapun indah nya puisi tentang Lady Of shalott. dinamai sesuai orang yang bunuh diri karena laki-laki sama sekali tidak keren. aku pernah membicarakan hal ini dengan orangtuaku, tapi mereka tetap tidak mengerti
     masalah nama ini juga bukan satu-satunya yang mereka tidak mengerti.
 "apa kau mau pergi ke mall?" mom mulai menanyaiku setiap hari, sebelum aku bisa kabur ke kolam renang. "apakah kau tidak mau menonton film?"
     tapi sekarang karna Geoff sudah pergi kuliah, aku tidak punya teman untuk pergi ke mall atau pergi nonton-tak seorangpun kecuali orang tuaku. dan aku takkan mau pergi dengan mereka. sudah pernah dan tidak menyenangkan.
     kadang-kadang, aku dan orang tua ku juga melihat para middies, para calon Angkatan Laut yang masih dalam pendidikan. memakai seragam putih bersih tak bernoda, berjalan berpasangan di tengah kota, setiap kali aku dan orangtuaku pergi membeli buku baru untuk kubaca dan kopi untuk mereka di Hard Bean Coffee and Booksellers. Dad akan menunjuk dan bilang "lihat ellie, pelaut"
     sebetulnya itu tidak terlalu aneh. kurasa dad mengajakku mengobrol antarcewek. kau tau, karna kau tak bisa mengobrol antar cewek dengan mom, si pembunuh laba-laba.
     kurasa, seharusnya aku berpikir bahwa para middies itu cakep atau semacam nya. tapi aku tak akan mengobrol tentang cowok cakep dnegan ayah ku. maksudku, aku menghargai usahanya, tapi itu hampir sama buruk nya dnegan usaha mom yang selalu menawarkan "kenapa aku tidak mengantarmu ke mall?"
     dan bukannya dad juga mengahbiskan hari-hari nya dengan sesuatu yang menarik. Buku yang ditulisnya lebih parah daripada buku yang ditulis mom, diukur dari skala 'membosankan'. karena buku nya tentang sebilah pedang. pedang! itu bahkan bukan pedang yang indah, bertahtakan berlian atau emas atau apa. itu tentang pedang tua yang berkarat dan tidak berharga sepeserpun. aku tahu karna Galeri Nasional di DC memperbolehkan dad membawa nya pulang untuk dipelajari lebih jauh. itu sebabnya kami pindah kesini.........supaya dia bisa melihat epdang itu lebih dekat. sekarang, pedang nya ada di ruang kerja dad- yah, ruang kerja profesor yang rumahnya kami sewa sementara dia sendiri berada di Inggris menjalani sabatikal nya sendiri, mungkin mempelajari sesuatu yang lebih tidak berharga dibanding pedang dad.
     aku tidak tahu mengapa orangtuaku memilih abad pertengahan sebagai subjek kajian merka. itu era sejarah yang paling membosankan yang pernah ada.
     apapun lah. akhirnya aku menyerah pada mom. bukannya tentang mal. tentang berlari bersama dad. sebenarnya aku tidak ingin pergi atau apa. tapi ini berbeda dengan pergi nonton atau ke mal. maksudku, olahraga seharusnya sangat bagus untuk seorang pria paruh baya, dan dad belum belum berolahraga sejak pemeriksaan kesehatan tahunannya yang sudah setahun lalu saat dokter menganjurkannya menurunkan berat badan 5 kilogram. jadi, dia pergi ke gym dengan mom 2 kali, lalu menyerah, karena dia bilang semua testosterone di gym membuatnya gila.
     mom yang terus bilang "jika kau menemaninya berlari Ellie, aku akan membiarkan mu mengapung terus di kolam renang"
     itulah yang menjadi pemicu ku. yah, itu dan fakta bahwa ini akan memberikan dad kesempatan untuk memacu jantungnya-sesuatu yang kutahu dari apa yang selalu dibilang orang-orang dalam show today yang menampilkan kebutuhan orang-orang tua.
***

 "ini jalur yang bagus" ucap dad, sambil membenarkan tali kacamatanya. yah kautahu, agar kacamatany tak jatuh saat berlari nanti.
     tidak sepertiku yang yang menghabiskan berjam-jam berjemur dikolam renang, kulit dad sama-sekali tidak coklat. kaki nya sewarna dengan kertas buku tulis. cuma ada bulunya. "jalurnya tepat satu setengah kilo tiap putaran. jalur ini melewati bagian yang berhutan-semacam arboretum-disana, lihat? jadi tidak selalu terkena terik matahari. ada sedikit tempat berteduh" arboretum itu semacam hutan kenservasi buatan.
     aku memasang headphone ku. aku tidak bisa berlari tanpa musik, keculai dalam perlombaan, karena tidak diperbolehkan. menurutku musik rap sangat cocok untuk berlari. semakin marah rapper nya, semakin bagus. eminem sangat ideal untuk menemani berlari karena dia sangat marah kepada semua orang. kecuali pada putrinya.
 "dua putaran?" tanyaku pada dad
 "tentu" katanya
     jadi, aku menyalakan ipod touch ku, dan mulai berlari.
     pertamanya agak sulit, udara di maryland lebih lembap daripada di rumah, kurasa ini karena lautnya. udara disini benar-benar berat. seperti berlari menerobos sup.
     tapi setelah beberapa lama, sendi-sendiku mulai lebih santai. berlari memang berta dan sulit. jangan salah. tapi akau menyukai bagaimana kaki ku terasa kuat dan kokoh dibawahku saat aku berlari........sepertinya aku bisa melakukan apa saja. apapun juga.
     jalur larinya berawal seperti jalur biasa, dengan rumput yang dipotong pendek dikedua sisinya, menjulur dianatara lapangan baseball dan lapangan lacrosse, lalu membelok melalui jalur anjing dan mngelilingi tempat parkir.
     lalu jalurnya tidak lagi berumput, dan menghilang kedalam huta yang ternyata cukup rimbun. yeah hutan sungguhan, jauh dari mana-mana, dengan tanda coklat kecil bertuliskan SELAMAT DATANG DI ARBORETUM ANNE ARUNDEL COUNTY disisi jalurnya.
     tumbuhan-tumbuhan di dalam hutan ini sangat subur dan terlihat berduri. aku yakin ada banyak sulur beracun disana juga......sesuatu yang, kalau kau terkena cukup banyak diabad pertengahan, mungkin saja membunuhmu karna dulu belum ada kortison.
     napasku sangat berat sekarang. tetapi aku masih merasa nyaman. aku tidak bisa mendengar kaki ku menapak di jalur lari-aku hanya bisa mendengar musik ditelingaku-tapi sepertinya, bagiku untuk sesaat aku satu-satunya orang di hutan ini. aku tahu pemikiranku ini snagat konyol, karena aku tahu dad tidak jauh dibelakangku.
     tetap saja aku terlalu banyak menonton film yang jagoan wanitanya sedang jogging santai tiba-tiba ada psikopat menyergap dari semak-semak, seperti yang ada di kedua sisi ku, dan menyerang jagoan wanitanya. aku tidak mau mengambil resiko. maksudku, ini Annapolis, tempat asal Akademi Angkatan Laut AS dan ibukota maryland dan lainnya-bukan area yang dikenal sebagai tempat tinggal kriminal pelaku kejahatan.
     tapi kau tidak pernah tau.
     untung saja kakiku sangat kuat. kalau memang ada yang meloncat dari balik pepohonan, aku cukup yakin aku bisa menendang kepalanya dengan keras. dan terus menginjak-injaknya sampai bantuan datang.
     tepat saat aku sedang berpikir begitu, aku melihatnya.

For the Beginning

aye everyone! im Nindyta Yuanaputri. but just call me Nindy or Dita for short. so, this is my 3rd blog. why do i make 3? its because im forget the pass of my another blog hehe. 
im a girl (of course!!). im 13 yo. single but my heart already taken hehe.

im just an ordinary girl. i laugh. i smile. i cry. i sing. i blog. i dance. i write. i yell. i read. i tweet. swag. purple ninja. belieber. france. boysboysboys. no matter what you say bout me, it wont knock me down.


so, WELCOME TO MY BLOG EVERYONE!! enjoy this :D